Apa itu Angina Pectoris?

Di Upload Pada: 28-04-2023

Angina pectoris adalah nyeri dada akibat penyakit jantung koroner. Angin duduk atau angina pectoris terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup, akibat penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah arteri di jantung.

Angina pectoris bisa terjadi kapan saja dan pada siapa saja. Nyeri akibat angina pectoris ini sering disalahartikan sebagai gejala dari kondisi lain, seperti naiknya asam lambung dan peradangan pada paru-paru.

Penyebab dan Faktor Risiko Angina Pectoris

Angina pectoris paling sering disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner terjadi akibat adanya penumpukkan plak di arteri (aterosklerosis). Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner yang kemudian dapat menyebabkan angina adalah:

  • Kebiasaan merokok
  • Riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi
  • Kadar kolestrol jahat (LDL) dan trigliserida yang tinggi
  • Diabetes
  • Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga
  • Jarang berolahraga dan tidak aktif bergerak
  • Obesitas
  • Usia di atas 45 tahun untuk laki-laki dan di atas 55 tahun untuk wanita

Gejala Angina Pectoris

Angina pectoris ditandai dengan nyeri dada sebelah kiri yang terasa seperti tertindih, terbakar, tertusuk atau terasa sesak. Rasa sakit ini dapat menjalar ke lengan, bahu, punggung, leher, dan rahang.

Gejala lain yang dapat menyertai nyeri dada tersebut antara lain:

  • Keringat berlebihan meski cuaca tidak panas
  • Mual
  • Lelah
  • Pusing
  • Sesak napas

Berdasarkan karakteristik gejalanya, angina pectoris dapat dibedakan menjadi:

Stable angina

Stable angina atau angina stabil sering muncul ketika melakukan aktivitas yang berat atau saat mengalami tekanan emosional. Stable angina memiliki pola yang teratur dengan durasi yang singkat, biasanya tidak lebih dari 5 menit.

Unstable angina

Unstable angina merupakan jenis angina yang lebih berbahaya. Angina jenis ini tidak tergantung pada aktivitas yang dilakukan, serta dapat muncul tiba-tiba dan berlanjut meski penderitanya sudah beristirahat.

Dibandingkan dengan stable anginaunstable angina terjadi lebih lama dengan intensitas nyeri yang lebih parah.

Gejala yang ditimbulkan angina jenis ini juga tidak hilang walau penderita sudah  beristirahat atau minum obat. Unstable angina umumnya merupakan tanda dari serangan jantung.

Prinzmetal’s angina

Berbeda dengan dua jenis angina yang dijelaskan sebelumnya, Prinzmetal’s angina disebabkan oleh kekakuan di arteri jantung. Kondisi ini menyebabkan jumlah aliran darah menurun untuk sementara waktu.

Prinzmetal’s angina merupakan jenis angina yang cukup jarang terjadi. Angina jenis ini biasanya muncul saat istirahat, di malam hari atau di pagi hari. Intensitas nyerinya cukup berat, tetapi biasanya mereda dengan pemberian obat-obatan.

Diagnosis Angina Pectoris

Untuk mendiagnosis angina pectoris, dokter akan menanyakan keluhan yang dirasakan pasien sekaligus menanyakan apakah pasien memiliki faktor risiko penyakit jantung koroner. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa tes penunjang untuk pemeriksaan jantung, seperti:

  • Electrocardiogram (EKG), untuk memeriksa aliran listrik jantung dan mendeteksi gangguan pada irama jantung
  • Echo jantung, untuk menemukan letak kerusakan otot jantung dan area jantung yang tidak mendapatkan cukup darah
  • Treadmill Test, yang tujuannya sama dengan EKG, tetapi dilakukan saat pasien sedang beraktivitas
  • Rontgen dada, untuk memeriksa kemungkinan terjadinya pembesaran jantung
  • Kateterisasi jantung, untuk melihat penyempitan pada pembuluh darah jantung dengan bantuan kateter, zat pewarna khusus (kontras), dan foto Rontgen
  • Pemindaian jantung dengan CT scan atau pemeriksaan nuklir, untuk memeriksa bagian pembuluh jantung yang tersumbat dan bagian jantung yang tidak mendapatkan aliran darah
  • Tes darah, untuk mendeteksi keberadaan enzim jantung, yang kadarnya di dalam darah dapat meningkat saat jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup.

Pencegahan Angina Pectoris

Angina pectoris dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Upaya yang bisa diterapkan antara lain:

  • Berhenti merokok dan membatasi konsumsi minuman beralkohol
  • Berolahraga secara teratur dan menjaga berat badan ideal
  • Memperbaiki pola makan dengan mengonsumsi makanan rendah lemak dan garam, buah-buahan, sayur-sayuran, dan gandum utuh.
  • Menghindari konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, seperti sosis dan daging berlemak, mentega, keju, dan makanan cepat saji
  • Mengelola stress dengan cara yang positif, bisa dengan yoga, meditasi, atau melakukan hobi yang menyenangkan
  • Memeriksakan diri ke dokter secara berkala jika menderita hipertensi, atau diabetes
  • Mengonsumsi obat-obatan untuk menurunkan kejadian angina dalam jangka panjang, seperti amlodipine

Ditinjau Secara Medis Oleh : dr. Leonardo Liswojo (Registered Medical Officer RS Jantung Jakarta)

Cek Jadwal Dokter Disini

Referensi :

Ford, T., & Berry, C. (2020). Angina: Contemporary Diagnosis and Management. Heart, 106(5), pp. 387–98.
Tsai, C. et al. (2019). The Association Between Psychological Distress and Angina Pectoris: A Population-based Study. PLoS One, 14(11), pp. 1–12.
National Health Service UK (2020). Health A to Z. Coronary Heart Disease.
Mayo Clinic (2022). Diseases & Conditions. Angina.
Mayo Clinic (2020). Diseases & Conditions. Coronary Artery Disease.
Cassoobhoy, A. WebMD (2020). Chest Pain Treatment.
Dansinger, M. WebMD (2020). Type 2 Diabetes.
Roth, E. Healthline (2018). Stable Angina.
Watsin, S. WebMD (2021). Angina (Ischemic Chest Pain).